Monday, August 20, 2018

mencintai orang lain

Letta
Bolehkah mencintai seseorang saat orang itu sedang mencintai orang lain?


Letta duduk dibangkunya. Membuka buku catatan dan melihat apakah dia harus mengulang pelajaran yang telah dipelajarinya tadi pagi. Letta tidak cukup pintar dikelasnya. Ia terbilang standar dalam hal belajar dan mendapatkan peringkat tinggi. Sedari tadi suara hiruk pikuk dikelasnya mulai terdengar. Apalagi saat ia harus berada di tengah-tengah kedua temannya yang terbilang berlambe turah. 

"Lett, kemarin magang dua minggu ada hasilnya ngga ni?" Tanya Sindy yang berada tepat di samping kiri Letta. Dia bertanya seakan Letta sudah selesai magang dari pekerjaannya mengurus pangeran saja.

"Oh yang benar saja Sin" Jawab Letta memutar bola matanya penuh kejengkelan. Temannya yang satu itu terlalu ingin tahu ya, tanda kutip kepo. "Kau pikir ada yang mau denganku jika aku saja selalu bersikap pecicilan" 

Letta berdiri dari bangkunya dan meletakan buku catatan itu di sembarang tempat. Ia sudah sangat lapar untuk menjawab pertanyaan Sindy, terlalu berkoar juga tidak baik. 

"Lu sih Sin" Key menyenggol gadis berkuncir kuda itu dengan kesal karena telah membuat temannya pergi begitu saja tanpa pamit dulu. Key segera menyusul Letta keluar dari kelas, takutnya Letta kesal dan marah sebab uca pan Sindy tadi. Ya Key tahu sendiri dialah yang merasa paling waras diantara kedua temannya itu. 

"Gua salah ya? Bodo lah" Sindy tidak menghiraukannya, ia malah asyik sendiri saat membuka beberapa lembar catatan Letta. Awalnya Sindy mengeluarkan ekspresi yang biasa saja, tapi setelah dia melihat satu lembar catatan lalu untuk kedua lembar catatan Letta, Sindy hanya terdiam kaku dengan tergesa dia segera menutup kembali catatan tersebut. Sindy tidak bermaksud melihat lebih jauh lagi. Ia hanya mengira itu buku catatan pelajaran biasa. Sekarang apa yang Sindy lihat di catatan itu,

Hanya kesalahan yang harus di lupakan.

Sindy pun keluar dari kelasnya dan memposisikan catatan itu kembali ke semula. Dimana Letta tidak akan curiga bahwa Sindy telah membukanya.

"Lett?" Key menuangkan segelas cola kedalam gelas Letta. Sedari tadi gadis itu hanya melamun dan tidak mau digubris sama sekali. Bahkan Key sudah bosan melihat siluet hitam dari Letta. Takutnya ada yang salah dan Key tidak tahu.

"Lu ko ninggalin gua sih Keyong!" Tiba-tiba Sindy datang dengan berkacak pinggang sambil menggebrak meja kantin yang tengah di pakai oleh Key dan Letta. Sentak saja Letta langsung terkejut hebat saat temannya itu mengagetkan jatung satu-satunya yang ia miliki.

"Ok Sin nama gua keydie bukan keyong, lagian lu datang-datang gebrak meja lagi!" 

"Lu baik-baik aja kan Lett?" Tanya Sindy mendudukkan dirinya tepat di samping Key duduk. Ia ingin melihat apakah Letta baik-baik saja

"Lah apaan sih lo Sin, serius amat. Lagian gua ga papa ko" Jawab Letta dengan cengiran nya yang khas. Dia menjawab bahwa dia baik-baik saja pun sudah membuat Sindy tidak khawatir lagi. Sekarang mungkin, akan menjadi pelajaran sendiri untuk Sindy untuk tidak terlalu berharap mendapat jawaban yang banyak dari Letta. Melihat gadis itu baikpun sudah cukup. Apalagi soal catatan tadi.

Bel pulang sekolah pun akhirnya berbunyi. Letta segera merapikan semua keperluan sekolahnya yang berserakan di meja. Besok akan seperti ini lagi? Membosankan, batin Letta sedikit mengeluh tentang rutinitasnya setiap hari. Kedua temannya sudah pulang duluan. Letta membuat dirinya sedikit terlambat untuk pulang. Kemudian, dengan wajah cemas Letta merogoh saku roknya dan mendapati ponsel nya bergetar. Ouh, notifikasi dari Instagram. Mengecheck sedikit boleh lah, lagian dia pulang sekolah jam 2 siang bisa sampai di rumah sekitar jam 3 siang.

Mata Letta terbelalak ketika seseorang yang tengah di tunggu-tunggu untuk memfollow akunnya juga, sudah empat chat yang Letta kirim ke DM ig untuk meminta follback pun akhirnya dikabulkan. Meski tidak sebahagia saat lelaki itu masih ia lihat di tempat kerja dengan gombalan nya yang basi untuk di dengar. Sayangnya, gombalan lelaki itu selalu kepada teman perempuan nya. Tidak pernah Letta dengar pria tersebut menggombal kepadanya.

Ya pemberi tahuan untuk hari ini sudah cukup. Sudah waktunya untuk Letta pulang dan tidak berharap banyak dari orang yang disukainya itu.

Letta berhenti sejenak di depan sebuah gedung besar nan tinggi. Ia melihat ke dalam ruangan itu dengan seksama dan begitu mengamati. Entah apa yang tengah ia amati sampai pikirannya serius sekali hingga tidak memperhatikan bahwa banyak karyawan yang melihatnya bak orang bodoh. Dulu, gedung itu lah tempat Letta bekerja selama dua minggu. Meski, terbilang cukup singkat Letta tetap senang dengan semua hal yang dia dapat. Termasuk ketertarikannya kepada seorang karyawan yang menurutnya unik dan bahkan semua hobi nya hampir menjadi hobi Letta juga. Gadis bermata sipit bulat itu beranggap bahwa pria tersebut menyukainya juga. Ya mungkin, tidak ada peluang yang besar, sebesar sebuah rubik pun tidak. Letta terlalu berharap dicintai. Semua orang yang dianggapnya istimewa pasti Letta beranggapan lebih dari sekedar spesial.

Sampai gadis itu terdiam sejenak dan berjalan kaku seakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

Letta duduk di sebuah bangku di bawah pohon besar di dekat gedung tersebut. Memangku tasnya lalu terdiam kembali. Kau tahu? Letta adalah orang yang sering mencintai tapi, tidak pernah mendapat cinta dari orang yang dicintainya. Bahkan mereka seakan beranggapan teman lebih baik untuk hari ini.

Saat itu, saat dimana Letta harus kembali ke sekolahnya dan menyelesaikan hari untuk magang. Letta lumayan dibuat iri dengan gadis yang di sukai Arka, seniornya di tempat Letta bekerja. Awalnya hanya sekedar bercerita sejenak, justru Arka menunjukan orang yang menjadi pacarnya pada satu tahun yang lalu. Dia mengaku bahwa dia sudah punya pacar bahkan mengatakannya di depan Letta. Letta hanya percaya saja dan tidak terlalu mencampuri. Tapi, justru rasa iri itulah yang membuat Letta semakin ingin tahu. Awalnya Arka mengatakan bahwa dia masih berpacaran dengan gadis itu, lalu kedua kalinya Arka mengatakan bahwa dia sudah putus.

Entah kenapa itu membuat Letta tidak bahagia meski  seharusnya Letta bahagia sebab hubungan yang membuat iri itu sekedar masa lalu. Letta bertanya kenapa? Arka hanya menggelengkan kepalanya dan berakhir dengan wajah ceria yang dibuat-buat. 

Pria itu belum bisa melupakan mantan kekasihnya, dia masih berdiri di sisi sana dan tidak mau bergerak.

Pantas, pantas sekali. Arka ternyata adalah orang yang sangat kesepian hingga menganggap teman perempuannya sebagaielaki yang sudah akut dalam urusan memikat dengan gombalannya itu. Malah menganggap Letta sebagai kakak perempuannya. Karena Arka tahu bahwa Letta mirip dengan kakak perempuannya yang bernama sama dengan Letta. 

Menyukai Arka hanya sekedar suka saja ternyata. Letta ingin mundur dan melupakan semuanya. Lagi pula Arka masih tetap berdiri disatu tempat, mengharapkan kembali cinta dari gadis itu. 

Sementara itu, Letta membuka catatan sekolahnya. Membuka satu lalu dua lembar kertas tersebut.  Disana tertulis dengan jelas bahwa Letta menyampaikan beberapa hal yang sangat ia pendam.

"Arka, entah kenapa aku berharap dia menyukaiku. Tapi, dia tidak mau bergerak dan hanya berada disisi itu. Aku harus bagaimana? Jika Keydie lah gadis yang tidak ingin dilupakan Arka"


written by @fariqh24