![]() |
| Bolehkah mencintai seseorang saat orang itu sedang mencintai orang lain? |
Letta
duduk dibangkunya. Membuka buku catatan dan melihat apakah dia harus
mengulang pelajaran yang telah dipelajarinya tadi pagi. Letta tidak
cukup pintar dikelasnya. Ia terbilang standar dalam hal belajar dan
mendapatkan peringkat tinggi. Sedari tadi suara hiruk pikuk dikelasnya
mulai terdengar. Apalagi saat ia harus berada di tengah-tengah kedua
temannya yang terbilang berlambe turah.
"Lett,
kemarin magang dua minggu ada hasilnya ngga ni?" Tanya Sindy yang
berada tepat di samping kiri Letta. Dia bertanya seakan Letta sudah
selesai magang dari pekerjaannya mengurus pangeran saja.
"Oh
yang benar saja Sin" Jawab Letta memutar bola matanya penuh
kejengkelan. Temannya yang satu itu terlalu ingin tahu ya, tanda kutip
kepo. "Kau pikir ada yang mau denganku jika aku saja selalu bersikap
pecicilan"
Letta
berdiri dari bangkunya dan meletakan buku catatan itu di sembarang
tempat. Ia sudah sangat lapar untuk menjawab pertanyaan Sindy, terlalu
berkoar juga tidak baik.
"Lu
sih Sin" Key menyenggol gadis berkuncir kuda itu dengan kesal karena
telah membuat temannya pergi begitu saja tanpa pamit dulu. Key segera
menyusul Letta keluar dari kelas, takutnya Letta kesal dan marah sebab
uca pan Sindy tadi. Ya Key tahu sendiri dialah yang merasa paling waras
diantara kedua temannya itu.
"Gua
salah ya? Bodo lah" Sindy tidak menghiraukannya, ia malah asyik
sendiri saat membuka beberapa lembar catatan Letta. Awalnya Sindy
mengeluarkan ekspresi yang biasa saja, tapi setelah dia melihat satu
lembar catatan lalu untuk kedua lembar catatan Letta, Sindy hanya
terdiam kaku dengan tergesa dia segera menutup kembali catatan
tersebut. Sindy tidak bermaksud melihat lebih jauh lagi. Ia hanya
mengira itu buku catatan pelajaran biasa. Sekarang apa yang Sindy lihat
di catatan itu,
Hanya kesalahan yang harus di lupakan.
Sindy
pun keluar dari kelasnya dan memposisikan catatan itu kembali ke
semula. Dimana Letta tidak akan curiga bahwa Sindy telah membukanya.
"Lett?"
Key menuangkan segelas cola kedalam gelas Letta. Sedari tadi gadis itu
hanya melamun dan tidak mau digubris sama sekali. Bahkan Key sudah
bosan melihat siluet hitam dari Letta. Takutnya ada yang salah dan Key
tidak tahu.
"Lu
ko ninggalin gua sih Keyong!" Tiba-tiba Sindy datang dengan berkacak
pinggang sambil menggebrak meja kantin yang tengah di pakai oleh Key
dan Letta. Sentak saja Letta langsung terkejut hebat saat temannya itu
mengagetkan jatung satu-satunya yang ia miliki.
"Ok Sin nama gua keydie bukan keyong, lagian lu datang-datang gebrak meja lagi!"
"Lu
baik-baik aja kan Lett?" Tanya Sindy mendudukkan dirinya tepat di
samping Key duduk. Ia ingin melihat apakah Letta baik-baik saja
"Lah
apaan sih lo Sin, serius amat. Lagian gua ga papa ko" Jawab Letta
dengan cengiran nya yang khas. Dia menjawab bahwa dia baik-baik saja
pun sudah membuat Sindy tidak khawatir lagi. Sekarang mungkin, akan
menjadi pelajaran sendiri untuk Sindy untuk tidak terlalu berharap
mendapat jawaban yang banyak dari Letta. Melihat gadis itu baikpun
sudah cukup. Apalagi soal catatan tadi.
Bel
pulang sekolah pun akhirnya berbunyi. Letta segera merapikan semua
keperluan sekolahnya yang berserakan di meja. Besok akan seperti ini
lagi? Membosankan, batin Letta sedikit mengeluh tentang rutinitasnya
setiap hari. Kedua temannya sudah pulang duluan. Letta membuat dirinya
sedikit terlambat untuk pulang. Kemudian, dengan wajah cemas Letta
merogoh saku roknya dan mendapati ponsel nya bergetar. Ouh, notifikasi
dari Instagram. Mengecheck sedikit boleh lah, lagian dia pulang sekolah
jam 2 siang bisa sampai di rumah sekitar jam 3 siang.
Mata
Letta terbelalak ketika seseorang yang tengah di tunggu-tunggu untuk
memfollow akunnya juga, sudah empat chat yang Letta kirim ke DM ig untuk
meminta follback pun akhirnya dikabulkan. Meski tidak sebahagia saat
lelaki itu masih ia lihat di tempat kerja dengan gombalan nya yang basi
untuk di dengar. Sayangnya, gombalan lelaki itu selalu kepada teman
perempuan nya. Tidak pernah Letta dengar pria tersebut menggombal
kepadanya.
Ya
pemberi tahuan untuk hari ini sudah cukup. Sudah waktunya untuk Letta
pulang dan tidak berharap banyak dari orang yang disukainya itu.
Letta
berhenti sejenak di depan sebuah gedung besar nan tinggi. Ia melihat
ke dalam ruangan itu dengan seksama dan begitu mengamati. Entah apa
yang tengah ia amati sampai pikirannya serius sekali hingga tidak
memperhatikan bahwa banyak karyawan yang melihatnya bak orang bodoh.
Dulu, gedung itu lah tempat Letta bekerja selama dua minggu. Meski,
terbilang cukup singkat Letta tetap senang dengan semua hal yang dia
dapat. Termasuk ketertarikannya kepada seorang karyawan yang menurutnya
unik dan bahkan semua hobi nya hampir menjadi hobi Letta juga. Gadis
bermata sipit bulat itu beranggap bahwa pria tersebut menyukainya juga.
Ya mungkin, tidak ada peluang yang besar, sebesar sebuah rubik pun
tidak. Letta terlalu berharap dicintai. Semua orang yang dianggapnya
istimewa pasti Letta beranggapan lebih dari sekedar spesial.
Sampai gadis itu terdiam sejenak dan berjalan kaku seakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya.
Letta
duduk di sebuah bangku di bawah pohon besar di dekat gedung tersebut.
Memangku tasnya lalu terdiam kembali. Kau tahu? Letta adalah orang yang
sering mencintai tapi, tidak pernah mendapat cinta dari orang yang
dicintainya. Bahkan mereka seakan beranggapan teman lebih baik untuk
hari ini.
Saat
itu, saat dimana Letta harus kembali ke sekolahnya dan menyelesaikan
hari untuk magang. Letta lumayan dibuat iri dengan gadis yang di sukai
Arka, seniornya di tempat Letta bekerja. Awalnya hanya sekedar
bercerita sejenak, justru Arka menunjukan orang yang menjadi pacarnya
pada satu tahun yang lalu. Dia mengaku bahwa dia sudah punya pacar
bahkan mengatakannya di depan Letta. Letta hanya percaya saja dan tidak
terlalu mencampuri. Tapi, justru rasa iri itulah yang membuat Letta
semakin ingin tahu. Awalnya Arka mengatakan bahwa dia masih berpacaran
dengan gadis itu, lalu kedua kalinya Arka mengatakan bahwa dia sudah
putus.
Entah
kenapa itu membuat Letta tidak bahagia meski seharusnya Letta bahagia
sebab hubungan yang membuat iri itu sekedar masa lalu. Letta bertanya
kenapa? Arka hanya menggelengkan kepalanya dan berakhir dengan wajah
ceria yang dibuat-buat.
Pria itu belum bisa melupakan mantan kekasihnya, dia masih berdiri di sisi sana dan tidak mau bergerak.
Pantas, pantas sekali. Arka ternyata adalah orang yang sangat kesepian hingga menganggap teman perempuannya sebagaielaki
yang sudah akut dalam urusan memikat dengan gombalannya itu. Malah
menganggap Letta sebagai kakak perempuannya. Karena Arka tahu bahwa
Letta mirip dengan kakak perempuannya yang bernama sama dengan Letta.
Menyukai
Arka hanya sekedar suka saja ternyata. Letta ingin mundur dan
melupakan semuanya. Lagi pula Arka masih tetap berdiri disatu tempat,
mengharapkan kembali cinta dari gadis itu.
Sementara
itu, Letta membuka catatan sekolahnya. Membuka satu lalu dua lembar
kertas tersebut. Disana tertulis dengan jelas bahwa Letta menyampaikan
beberapa hal yang sangat ia pendam.
"Arka,
entah kenapa aku berharap dia menyukaiku. Tapi, dia tidak mau bergerak
dan hanya berada disisi itu. Aku harus bagaimana? Jika Keydie lah
gadis yang tidak ingin dilupakan Arka"
written by @fariqh24 |

No comments:
Post a Comment