Hari ini cuaca
lumayan menarik. Matahari tidak terlalu menampakan sepenuhnya. Awan tengah bergelimut di bawah langit biru nan indah. Sesekali
aku mulai menampakan senyum manis di bibirku. Entah
kenapa rasanya ku ingin menikmati hari demi hari di taman ini. Meski kadang aku
ingin menangis tak karuan
Mengingat hal
yang tak mau aku ingat
Bunga peony
masih seindah dulu. Saat satu bulan yang lalu.
Seketika ku
ingat
Tetapi seseorang
yang tengah duduk di sampingku langsung saja menggenggam tanganku erat. Meski
tangannya dingin aku merasa hangat begitu saja.
"kenapa?"
tanya nya khawatir membuatku malah
tersenyum melihat dia tampak begitu penasaran
Aku hanya
menggelengkan kepalaku pelan sembari membalas genggaman eratnya. Sungguh sangat
nyaman dan dingin. Mungkin rasa ini hanya bisa di rasakan olehku. Tapi, dia
mungkin tidak bisa merasakannya lagi.
Aku tersenyum
lepas menampilkan deretan gigi putihku
Jujur, ini
adalah satu bulan terbaik untukku bahkan lebih. Hari demi hari aku bisa
menghabiskan hari hanya bersama dengan orang yang ku sayangi bisa bersama
seseorang yang selalu ada di sampingku
Aku juga tak
lupa untuk membawa setangakai bunga peony ketika aku pergi ke Vendolpark.
Aku di sini
kemarin, hari ini dan pastinya besok
Dengan tujuan
satu,
Bertemu dengan
pacar ku, Juan.
"Ini"
Aku memberikan Juan bunga peony.
Setiap hari aku selalu memberikan Juan
setangkai peony. Itu untuk selalu mengenang saat pertama aku bertemu dengannya,
peony tengah bermekaran waktu itu.
"Kau
suka?" Tanyaku membuat Juan
menoleh ke arahku
Juan hanya melengkungkan sudut bibirnya, senyum. Dia memang
begitu, lelaki yang dingin dan tidak terlalu romantis. Tapi aku suka apa adanya
tanpa dia harus romantis aku masih bisa meromantiskan suasana. Bahkan dia
selalu mengatakan satu atau dua kata hanya untuk menjawab pertanyaanku
Sungguh awalnya
aku seperti punya pasangan yang kurang perhatian. Seperti, hanya aku
yang mempertahankan cinta ini.
Tapi,
Terakhir dia
mejawab setelah beribu kali aku bertanya seperti itu "Untuk apa aku selalu
di sampingmu dan menjagamu jika kau ragu untuk mempercayaiku"
Karena itulah
aku selalu menyukainya apa adanya tanpa harus memaksa dia untuk menjadi lebih
dari yang ku inginkan.
Aku melihat ke
sepenjuru taman. Melihat banyak orang
Amsterdam tampak bersuka ria di Vondelpark.
Berlari lari bagai kupu kupu monarch di pagi hari
Aku tidak? Aku
akan tetap duduk dan melihat Juan yang
sedang kaku melihat bunga peony di depan sana.
Dia bilang dia melihat bunga peony di taman seperti melihat ku di depannya
Besok mungkin
aku akan ke sini lagi dan bertemu dengannya
"Kenapa
bunga Peony bermekaran hanya saat beberapa tahun sekali? Tidak untuk setiap
hari?"
Aku kembali
bertanya sambil meletakan bunga peony di pangkuan Juan
"Karena
bunga peony bunga yang indah. Jika setiap hari bermekaran pasti orang orang
akan memandangnya bosan seperti ilalang"
"Kau
pintar juga y" Aku tertawa lepas
Dan Juan hanya memandang ku sembari
tersenyum hangat
"Lan, jika
aku menghilang kau mau menangis untukku?"
Tiba tiba saja Juan memandangku intens sekali sampai aku harus
memalingkannya.
"Tentu"
ujar ku singkat. Entah kenapa aku malah tertawa kembali melihat ekspresi Juan yang sangat serius
"Jika aku
besok tidak bisa menemani mu kembali kau mau melupakanku?"
Aku terdiam. Sekejap Juan
tersenyum ke arah ku
Entah kenapa
itu menyakitkanku. Dia tersenyum membuatku sakit sekali. Aku teringat sesuatu
tentang kalimatnya
Aku terdiam
kaku
Menundukan
kepala
Dan menangis
Amsterdam, 28
Juli 2018
Aku kembali ke Vondelpark. Duduk di bangku taman seperti biasanya. Aku menunggu Juan hari ini lagi besok dan seterusnya. Kemarin aku
di buatnya menangis tapi, itu hanya sebentar dan Juan
membuatku kembali tersenyum
Jika ku ingat
kemarin Juan mengatakan mungki akan
datang hari ini, mungkin. Padahal belum pasti dia akan datang tapi aku lihat,
Aku mengecek
arlojiku
Pukul 07.12 am
'Masih pagi'
batinku
Tapi, biasanya
Juan sudah duduk tenang dibangku ini. Memandangku bahagia saat aku datang
menghampirinya
Ya, setidaknya
aku ontime
Diam
Dan
30 menit pun
berlalu
Cuaca makin
panas menyengat tapi beruntungnya masih ada bayang bayang daun pillow yang
melindungiku dari terik matahari
Masih ada celah
untuk hangatnya pagi di hari minggu
Juan? Apa dia benar benar tidak akan datang?
Aku mulai
merasa khawatir
Tiba tiba saja
terdengar suara langkah kaki menghampiriku.
Aku pun menoleh
"Juan?" tebakku
Dan ternyata bukan. Itu bukan Juan
"Hay
Lan!" Seru gadis yang menghampiriku dengan tangan melambai
Dia ternyata
Rose, temanku yang bekerja di Paris. Sejak kapan dia ada di Amsterdam? Bukannya dia bilang tidak bisa
ambil libur di bulan ini?
"Rose?"
aku berdiri sambil menyambutnya dengan senyuman. Rose duduk di sampingku dan
menghela napas lega.
"Maaf y
Lan aku belum sempat menjenguk mu waktu itu" ujar Rose langsung ke inti
pembicaraan
Sebulan lebih
aku sudah melewati musibah yang menimpaku.
Dan Rose waktu itu belum bisa pulang ke Amsterdam. Dia terlalu
sibuk untuk mengurus pekerjaannya
"Tidak apa
apa aku mengerti" tukasku tersenyum
Rose kemudian menyenderkan tubuhnya ke punggung bangku. Menatap langit dan melihat ke pohon pillow
"Lan maaf
ya, waktu Juan meninggal aku justru
tidak pulang dan menjenguk keadaanmu" Rose
menghela napas berat "Sebulan yang lalu Juan
bilang akan melamarmu. Justru dia pergi dan meninggalkanmu"
Aku sudah
membendung air mataku. Mataku ku sudah tak bisa di kendalikan lagi. Merah dan
pastinya lembam.
Rose menatap ku dan tersekejap terkejut
Dan memelukku
Aku ingat
Aku ingat
Sudah 49 hari Juan pergi meninggalkanku
Kemarin adalah
hari terakhir dia menemaniku untuk menikmati mekarnya bunga peony. Pertama
bertemu mekarnya bunga peony. Dan
peringatan 49 harinya Juan meninggal
pula lah poeny bermekaran.
Aku lupa kalau Juan sudah tidak ada lagi di dunia ini
Bahkan dia seperti
masih hidup di pikiran dan hatiku
Juan ku
Vondelpark, Amsterdam 2018
Writter by
:@fariqh24

No comments:
Post a Comment